Ajaran
Rahasia Orang Jawa
PENGANTAR
Mistik menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah hal –hal gaib
yang tidak terjangkau akal manusia , tetapi ada dan nyata. Para antropolog dan
sosiolog mengartikan mistik sebagai sub sistem yang ada hampir pada semua
sistem religi untuk memenuhi hasyrat manusia untuk bersatu dengan Tuhan. Mistik
adalah keyakinan yang hidup dialam pikiran kolektif masyarakat. Alam pikiran
kolektif akan tetap hidup abadi dalam pikiran masyarakat walaupun generasi
telah berganti (kecuali masyarakat kolektif tersebut melupakannya). Seperti
seorang tokoh sejarah yang akan tetap hidup dalam pikiran masyarakat walaupun
tokoh sejarah tersebut sudah ratusan tahun meninggal. Demikian pula dengan
dunia mistik orang Jawa. Keyakinan ini telah hidup bersama dengan lahirnya
masyarakat jawa, diturunkan dari generasi hingga generasi hingga kini.
Ajaran rahasia orang Jawa, disusun
oleh R.P. Suyono. Buku ini unik karena merekam kepercayaan orang jawa mengenai
sangkan paraning dumadi (asal muasal manusia dan hendak kemana manusia akan
pergi setelah mati, dan apa yang harus diperbuat manusia selama hidupnya). Dari
pembahasan asal muasal manusia inilah timbul berbagai fenomena yang khas Jawa
yang disebut klenik dan berbagai ilmu kesaktian yang sampai saat ini masih
diyakini dan dikalankan oleh orang Jawa.
Ilmu Sangkan Paraning Dumadi ini diambil dari buku kitab Walisanga.
Meskipun menurut riwayatnya buku ini di tulis oleh Walisanga, namun sangat
bernuansa Hindu Jawa. Hal ini mungkin dikarenakan agama yang dianut mayoritas
penduduk Jawa sebelum islam adalah Hindu.
BAB I
Walisanga dan Ilmu Orang Suci
Ketika agama Hindu menjadi ajaran
dominan di Jawa, orang Jawa telah memiliki pengetahuan yang tinggi, termasuk
aspek spiritualnya. Bukti – bukit tentang tingginya praktik spiritual
masyarakat Jawa dapat dilihat dari berbagai kitab, baik yang ditulis dalam
bahasa Jawa Kuno maupun Sansekerta dan Palawa. Tulisan – tulisan tersebut oleh
orang Jawa sangat dihormati dan digemari. Dari banyak tulisan Hindu Jawa, kitab
Walisanga termasuk yang langka.
Walisanga adalah sebutan bagi penyebar agam Ilsam di Jawa yang
pertama. Karena jumlah mereka ada Sembilan yang dalam bahasa Jawa Sembilan itu
adalah Sanga, maka mereka disebut Walisangat. Menurut serat Kadilangu,
sebelum menjadi wali, Walisanga adalah pemimpin sepiritual. Mereka adalah ulama
yang mencapai ringkat tertinggi sehingga mengerti tentang segala ilmu gaib yang
terdapat disetiap agama, termasuk ilmu gaib yang dibahas dalam agama Hindu.
Menurut serat Kadilangu juga, kitab Walisanga disusun oleh Sembilan
Wali pada saat islam mulai masuk ke Nusa Jawa. Tujuannya adalah agar merka
dapat meninggalkan pegangan untuk para ulama berikutnya dalam menyebarkan agama
Islam di pulau jawa. Isi didalam kitab walisanga bukan ajaran agama Islam
semata, namun juga ajaran spiritual agama Hindu. Kemungkinan besar Walisanga mengharapkan
pemahaman cara berpikir Hindu – Jawa ini digunakan sebagai dasar penyebaran
agama Islam.
Pertemuan
Rahasia
Serat Kadilangu menyebutkan bahwa proses penyusunan kitab ini
dilakukan melalui sebuah pertemuan rahasia. Mereka bertemu di sebuah surau atau
gubuk kecil diatas gunung yang terletak didekat jepara. Akan tetapi pertemuan
ini tidak dilakukan secara fisik. Para Wali tetap berada dirumahnya masing –
masing. Dengan mati suri, roh para wali tersebut meninggalkan jasadnya dan
berkumpul dipuncak gunung tadi. Surau atau gubuk kecil tempat mereka bertemu
tadi juga merupakan sebuah bangunan spiritual yang sejatinya bangunan tersebut
tidak pernah ada, dan hanya dikususkan ada, saat mereka hendak bertemu.
Memang para Wali tersebut oleh orang Jawa digolongkan sebagai orang
yang suci. Menurut pengertian orang Jawa pada saat itu, orang suci adalah orang
“pinter”, dalam tataran tertinggi yang memungkinkan badaniah ataupun
rohaniah dapat bertemu atau bercampur menjadi satu, masuk ke kehidupan alam
dunia maupun alam roh. Untuk mencapai tingkat ini seseorang tidak hanya harus
bertapa, menyendiri untuk mendekati alam baka, namun juga harus menjalani
tindakan rahasia yang tidak boleh diketahui orang banyak (“tirakat/torikhot”).
Untuk mencapai tingkatan ini seseorang harus mempelajai ilmu Yoga secara ketat
dan seksama, seperti membiarkan tubuhnya hidup tanpa makan. Sementara itu
rohnya dapat meninggalkan tubunya untuk sementara memasuki alam kematian. Roh
yang dalam keadaan dimikian dapat melakukan penyelidikan dialam baka.
Orang – orang suci yang demikian dapat mengetahui lebih banyak
tentang alam gaib. Badan orang suci yang dalam keadaan mati suri tidak membusuk
tetapi tetap utuh. Orang yang mati suri bisa disadarkan dengan cara kepalanya
dibasuh dengan air hangat, tentunya dengan diberi “syarat” terlebih
dahulu. Bila tidak dibangunkan maka orang suci ini bisa mati suri selama
bertahun – tahun.
Sebuah catatan pada masa penjajahan bahwa di India masih terdpat
orang – orang suci yang dimana pejabat inggris dan para obsirnya mencoba
menutup dan mengubur mereka dalam keadaan mati suri didalam peti yang terkunci
selama 40 hari. Setelah 40 hari orang – orang suci ini disadarkan kembali
dengan cara membasuh muka mereka dengan air hangat. Sebagai bukti bahwa
meskipun orang suci ini dalam keadaan mati suri tetap mengetahui berbagai hal
yang terjadi, mereka dapat menceritakan dengan segera dan seksama apa yang
terjadi di dunia luar, padahal pada saat itu ia sedang mati suri dan dikubur
didalam peti selama 40 hari dan tidak kemanapun, termasuk tindakan para obsir –
obsir inggris yang dilakukan dirumahnya masing masing. Jadi segala hal yang
berkaitan dengan lepasnya roh untuk sementara dari jasadnya adalah peristiwa
yang dapat dipercaya.
Kitab Walisanga
Kitab Walisanga merupakan suatu kitab yang mengungkap ilmu rahasia
orang jawa mengenai wujud badaniah, roh, kekuatan terpendam, dan kekuatan
kemauan.
Segala macam praktik ilmu rahasia
rupanya hanya diperuntukkan bagi mereka yang mengetahui ilmu rahasia. Terjemahannya
atau ulasannya hanya untuk pengetahuan saja.
0 komentar:
Posting Komentar