Indonesia

Indonesia is the beautiful country in the universe

This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Marhaen

Marhaenisme adalah orang orang miskin yang bekerja untuk dirinya sendiri dan menggunakan sumberdaya, prasarana dan tenaga kepunyaannya sendiri

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Tampilkan postingan dengan label A. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label A. Tampilkan semua postingan

Rabu, 14 Desember 2011

Blajar Wayang_Dewi Amba

Amba

              Dewi Amba adalah putri sulung dari tiga bersaudara, putri Prabu Darmahumbara, raja negara Giyantipura dengan peramisuri Dewi Swargandini. Kedua adik kandungnya bernama Dewi Ambika (Ambalika) dan Dewi Ambiki (Ambaliki).
               Amba dan kedua adiknya menjadi puteri boyongan Bisma (Dewabrata), putra Prabu Santanu dengan Dewi Jahnawi (Dewi Gangga) dari negara Astina yang telah berhasil memenangkan sayembara tanding di negara Giyantipura dengan membunuh Wahmuka dan Arimuka yang merupakan saudara sekandung dari Dewi Amba karena Wahmuka tercipta dari ketuban ketiga putrid tersebut dan Arimuka tercipta dari ari – ari ketiga saudara tersebut saat mereka bersama – sama lahir kedunia . Karena merasa sebelumnya telah dipertunangkan dengan Prabu Citramuka, raja negara Swantipura, Amba memohon kepada Dewabrata agar dikembalikan kepada Prabu Citramuka. 
              Kemudian persoalan mulai timbul karena Amba ditolak oleh Prabu Citramuka semenjak menjadi puteri boyongan Bisma. Keinginan Amba ikut ke Hastinapura juga ditolak oleh Dewabarata. Karena Amba terus mendesak dan memaksanya, akhirnya tanpa sengaja ia tewas oleh panah Dewabrata yang semula hanya bermaksud untuk menakut-nakutinya. Sebelum meninggal Amba mengeluarkan kutukan, akan menuntut balas kematiannya dengan perantara seorang prajurit wanita, yaitu Srikandi. Kutukan Dewi Amba terhadap Dewabrata menjadi kenyataan. Dalam perang Bharatayuddha, arwahnya menjelma dalam tubuh Srikandi dan berhasil menewaskan Bisma (Dewabrata).


( Sumber : Sejarah Wayang Purwa - Hardjowirogo - PN Balai Pustaka – 1982 )

Kamis, 08 Desember 2011

Abiyasa


Aksara A (3)
Abiyasa
BEGAWAN ABYASA
Prabu Abyasa anak Prabu Palasara, raja di Negara Astina. Prabu Abyasa merupakan ayah daru Pandu Dewanata dan merupakan kakek dari Pendawa dan Kurawa. Prabu Abyasa juga bertahta di Astina sesudah menggantikan kedudukan prabu Palasara yang menjadi Begawan.
Prabu Abyasa adalah Raja yang bijaksana, adil, dan kasih sayang kepada rakyatnya. Ia selalu berpegang teguh pada adat – istiadat raja. Abyasa kemudian menjadi raja pendeta, artinya seorang raja yang sekaligus menjadi pendeta, bergelar Begawan Abyasa dan bertempat tinggal di Gunung Retawu atau Saptarengga. Dia tidak memerintah Negara Astina di dalam kerajaan Astinapura. Sewaktu bertakhta ia bernarna Prabu Kresnadipayana.

Begawan Abyasa berpindah dari alam fana ke alarn baka dengan sempurna (muksa) beserta nyawa – raganya dan dijemput oleh Dewa dengan berkendaraan cahaya. Prabu Kresnadipayana bermata jaitan, berhidung mancung, berjenggot, bermahkota dan berjamang tiga susun dengan garuda membelakang. Berpraba, dan berkain bokongan kerajaan dan bersepatu.
Begawan Abyasa ialah Prabu Kresnadipayana sesudah ia menjadi pendeta. Ia berdestar rneruntai ke belakang, berjamang dengan garuda membelakang, bersunting bunga kluwih, berbaju, berselendang dan bersepatu. Ia juga berkain rapekan pendeta. Sebelum muksa (wafat dalam arti hilang beserta badan kasarnya), Begawan Abyasa berkeliling diringi oleh keluarga Pendawa dan keturunan mereka keluar kota (negara) dan dengan rasa haru meninjau daerah di mana perang Baratayuda telah berlangsung.
Ditempat belangsungnya perang Bharatayuda, banyak ditemukannya tempat - tempat rusak porak poranda akibat peperangan tersebut. Tempat – tempat yang rusak tersebut kemudian oleh Begawan Abyasa diperbaiki. Di tempat berlangsungnya peperangan juga banyak dijumpai jiwa – jiwa yang belum sempurna matinya. Kemudian Begawan Abyasa dan Keluarga Pandawa menyempurnakan jiwa – jiwa tersebut dengan berdoa dan memuja terhadap Sang Hyang Wenang. Dan ketika Sang Begawan Abyasa mengetahui, bahwa jiwa Pendeta Durna (guru Pandawa dan Kurawa) belum mati sempurna, maka ia bertitah kepada Pandawa, supaya menyempurnakan kematiannya, karena Pendeta Durna adalah para Pendawa. Titah ini dilaksanakan oleh keluarga pandawa dengan baik.
Disaat tersebut, Hati para Pandawa terharu oleh peristiwa ini. Mereka melihat betapa besar akibat buruk dari Perang Baratayuda. Sang Begawan Abyasa mencapai usia yang lanjut dan sempat menyaksikan kelahiran cicitnya Raden Parikesit putra Abimanyu. Nama Kresnadipayana dipakai oleh Raden Parikesit, sesudah ia bertakhta sebagai raja di Astina, seperti adat – istiadat orang Jawa, bila seseorang menggantikan pangkat ayahnya. Ada lagi adat kebiasaan Jawa untuk mengambil sebagian nama ayahnya, sesudah seseorang kawin. Misalnya saja sesudah Susanto, anak Prawirakusuma menikah, dipilihlah olehnya atau dipilihkanlah untuknya nama Prawiraraharja sebagai nama tuanya.
Begawan Abiyasa memiliki tiga orang anak yang ketiganya cacat yaitu :
1.      Dastarastra ( buta) yang merupakan bapak dari Kurawa
2.      Pandudewanata ( tengeng / lehernya tidak bisa lurus ), yang merupakan bapak dari pandawa.
3.      Yamawidura  ( pincang )
Menurut cerita, sebab - sebab mengapa ketiga-tiga putra Prabu Abyasa sampai cacad adalah:
1.       Ketika ibu Dastarastra pertama kali melihat Prabu Abyasa saat hendak melakukan hubungan badan, ia merasa sangat takut, sangking takutnya sampai – sampai ibu Dastarastra  menutup matanya saat berhubungan dengan Prabu Abyasa. Dan ketika Raden Dastarastra lahir, ternyata mata Raden Dastarastra buta.
2.      Selanjutnya, ketika ibu Pandudewanata ( nenek pandawa ) pertama kali melihat Abyasa saat melakukan hubungan suami istri ia merasa takut, sangking takutnya ia membuang muka saat berhubungan badan dengan Prabu Abyasa dan sesudah Pandudewanata lahir, ternyata lehernya tengengen.
3.      Dan yang terakhir, ketika ibu Yamawidura pertama kali melihat Abyasa saat melakukan hubungan suami istri iapun merasa sangat takut bahkan hendak lari dan sesudah Yamawidura lahir, ternyata anak itu timpang, pincang kakinya.
3.

( Sumber : Sejarah Wayang Purwa - Hardjowirogo - PN Balai Pustaka – 1982 )

Abimanyu


Aksa A (2)
Abimanyu
ABIMANYU dikenal pula dengan nama :
1.      Angkawijaya.
2.       Jaya Murcita.
3.       Jaka Pangalasan.
4.       Partasuta.
5.       Kirityatmaja.
6.       Sumbadraatmaja( anak sumbadra).
7.       Wanudara.
8.      Wirabatana.
            Abimanyu adalah putra Arjuna, salah satu dari lima satria Pandawa dengan Dewi
Sumbadra, putri Prabu Basudewa, raja Negara Mandura dengan Dewi Badrahini.  Abimanyu mempunyaai 13 orang saudara lain ibu, yaitu :
1.      Sumitra.
2.       Bratalaras.
3.       Bambang Irawan.
4.       Kumaladewa.
5.       Kumalasakti.
6.       Wisanggeni.
7.       Wilungangga.
8.       Endang Pregiwa.
9.       Endang Pregiwati.
10.   Prabakusuma.
11.   Wijanarka.
12.   Anantadewa.
13.   dan Bambang Sumbada.
Abimanyu merupakan makhluk kekasih Dewata.
            Sejak dalam kandungan Abimanyu telah mendapat “Wahyu Hidayat”, yang  mempunyai daya mengerti dalam segala hal. Setelah dewasa Abimanyu mendapat “Wahyu Cakraningrat”, suatu wahyu yang dapat menurunkan raja – raja besar. Abimanyu mempunyai sifat dan perwatakan halus, baik tingkah lakunya, ucapannya terang, hatinya keras, besar tanggung jawabnya dan pemberani. Dalam olah keprajuritan ia mendapat ajaran dari ayahnya, Arjuna. Sedang dalam olah ilmu kebathinan mendapat ajaran dari kakeknya, Bagawan Abiyasa.
Abimanyu tinggal di kesatrian Plangkawati, setelah dapat mengalahkan Prabu Jayamurcita.  Abimanyu mempunyai dua orang isteri, yaitu :  
1.      Dewi Siti Sundari, putri Prabu Kresna , Raja Negara Dwarawati dengan Dewi Pratiwi.
2.      Dewi Utari, putri Prabu Matswapati dengan Dewi Ni Yutisnawati, dari negara Wirata, dan berputra Prabu Parikesit.
Abimanyu gugur dalam perang Bharatayuda oleh gada Kyai Glinggang milik Jayadrata, satria Banakeling.

ABILAWA

Aksara A:(1)

ABILAWA


JAGALABILAWA
Jagalabilawa (muka dan sekujur badannya hitam) adalah nama samaran Raden Bratasena, yakni nama Werkudara, pada waktu ia masih muda. Sebab Bratasena menyamarkan diri ialah karena Pendawa sedang dirundung malang sebagai akibat dari pada perbuatan Kurawa.
Bratasena dan saudara – saudara Pendawa lainnya pergi berlindung di negara Wirata. Mereka menghamba pada raja Wirata. Bratasena dipekerjakan sebagai jagal dan mendapat sebutan Jagalabilawa dan sering dipanggil dengan Abilawa.
Pada waktu itu di Wirata, atas usaha putra raja Raden Rajamala, diadakan perang tanding. Jagalabilawa memasuki gelanggang perang tanding dan dapat mengalahkan Rajamala. Pendawa terbebas dari sengsara dan kelima saudara itu mengabdi di Wirata.
Bentuk dan pakaian Jagalabilawa tak berbeda dengan Bratasena, hanya rambutnya terurai dan berbentuk gimbal. Jagalabilawa adalah nama yang digunakan sebelum nama Bratasena. Jagalabilawa putra kedua Pandawa yang saat itu sedang mengiring ibunya, Dewi Kunti, dan di jalan bertemu dengan seekor gajah, bernama Gajah Sena, yang mempunyai kesaktian angin. Karena berselisih paham terjadilah perang antara putra Pendawa dan Gajah Sena. Gajah Sena kalah dan ia rnenyerahkan kesaktian anginnya. Gajah Sena mengaku saudara pada Bratasena, oleh karena mereka bertunggal bayu (angin). Oleh Gajah Sena nama Sena diserahan pula. Maka sejak itu terjadilah nama Bratasena.

Jagabilawa  Jogja
Pada suatu ketika kelima pendawa pengiring ibu mereka yang sedang darundung malang karena diusir dari Negara Astina oleh Para Kurawa, dalam suatu perjalanan. Karena ibu mereka Dewi Kunti dan adiknya lain ibu, Nakula dan Sadewa merasa lapar, maka Bratasena dan Permadi pergi mencari nasi dan makanan. Kedua – duanya berhasil mendapat nasi dan makanan. Bratasena mendapatkan nasi karena dapat menolong orang yang akan dimakan raksasa dan Permadi mendapatkan nasi karena dapat mempertemukan pengantin laki - 1aki dan perempuan yang tak mau saling mendekat. Nasi buah tangan Bratasena dan Parmadi, mereka santap bersama. Oleb karena mereka sangat lapar, maka makan mereka sangat tergesa – gesa dan tercekiklah mereka semua karena kekuarangan air ( tersedak ). Mereka kemudian menemukan air di kolam yang sangat jernih, tetapi karena perbuatan Hyang Brama maka airnya menjadi berbisa dan matilah mereka semua. Kematian kelima Pendawa itu menjadikan Semar sangat murka. Ia naik ke Suralaya dan mengobrak abrik seluruh Khayangan dan memarahi semua Dewa terutama Batara Guru yang cenderung condong membela Kurawa, berkat kemarahan Semar,  kelima Pendawa tersebut dapat dihidupkan kembali.
Bratasena seperti juga Wrekodara hitam seluruh badannya dan wayang warna demikian dimainkan pada waktu menjelang pagi. Wayang-wayang lainnya yang bercat hitam ialah Prabu Kresna, Semar, Gareng, Petruk dan cara mengeluarkan mereka juga seperti halnya dengan Bratasena.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More