Aksara A:(1)
ABILAWA
JAGALABILAWA
Jagalabilawa (muka dan sekujur badannya hitam)
adalah nama samaran Raden Bratasena,
yakni nama Werkudara, pada waktu ia masih
muda. Sebab Bratasena menyamarkan diri ialah karena Pendawa sedang dirundung malang sebagai akibat dari pada perbuatan Kurawa.
Bratasena dan saudara – saudara Pendawa
lainnya pergi berlindung di negara Wirata.
Mereka menghamba pada raja Wirata. Bratasena dipekerjakan sebagai jagal dan
mendapat sebutan Jagalabilawa dan sering dipanggil dengan Abilawa.
Pada waktu itu di Wirata, atas usaha putra raja Raden Rajamala, diadakan perang
tanding. Jagalabilawa memasuki gelanggang perang tanding dan dapat mengalahkan
Rajamala. Pendawa terbebas dari sengsara dan kelima saudara itu mengabdi di
Wirata.
Bentuk dan pakaian Jagalabilawa tak berbeda dengan
Bratasena, hanya rambutnya terurai dan berbentuk gimbal. Jagalabilawa adalah nama yang digunakan sebelum nama Bratasena. Jagalabilawa
putra kedua Pandawa yang saat itu sedang mengiring ibunya, Dewi Kunti, dan di jalan bertemu dengan seekor gajah, bernama Gajah Sena, yang mempunyai kesaktian
angin. Karena berselisih paham terjadilah perang antara putra Pendawa dan Gajah
Sena. Gajah Sena kalah dan ia rnenyerahkan kesaktian anginnya. Gajah Sena
mengaku saudara pada Bratasena, oleh karena mereka bertunggal bayu (angin). Oleh Gajah Sena nama Sena diserahan pula. Maka sejak itu
terjadilah nama Bratasena.
Jagabilawa Jogja
Pada suatu ketika kelima pendawa pengiring ibu mereka yang
sedang darundung malang karena diusir dari Negara Astina oleh Para Kurawa, dalam
suatu perjalanan. Karena ibu mereka Dewi
Kunti dan adiknya lain ibu, Nakula
dan Sadewa merasa lapar, maka Bratasena dan Permadi pergi mencari nasi dan makanan. Kedua – duanya berhasil
mendapat nasi dan makanan. Bratasena mendapatkan nasi karena dapat menolong
orang yang akan dimakan raksasa dan Permadi mendapatkan nasi karena dapat
mempertemukan pengantin laki - 1aki dan perempuan yang tak mau saling mendekat.
Nasi buah tangan Bratasena dan Parmadi, mereka santap bersama. Oleb karena
mereka sangat lapar, maka makan mereka sangat tergesa – gesa dan tercekiklah
mereka semua karena kekuarangan air ( tersedak
). Mereka kemudian menemukan air di kolam yang sangat jernih, tetapi karena
perbuatan Hyang Brama maka airnya menjadi
berbisa dan matilah mereka semua. Kematian kelima Pendawa itu menjadikan Semar
sangat murka. Ia naik ke Suralaya
dan mengobrak abrik seluruh Khayangan
dan memarahi semua Dewa terutama Batara
Guru yang cenderung condong membela Kurawa,
berkat kemarahan Semar, kelima Pendawa tersebut
dapat dihidupkan kembali.
Bratasena seperti juga Wrekodara hitam seluruh badannya dan
wayang warna demikian dimainkan pada waktu menjelang pagi. Wayang-wayang
lainnya yang bercat hitam ialah Prabu Kresna, Semar, Gareng, Petruk dan cara
mengeluarkan mereka juga seperti halnya dengan Bratasena.








0 komentar:
Posting Komentar