Indonesia

Indonesia is the beautiful country in the universe

Kamis, 08 Desember 2011

ABILAWA

Aksara A:(1)

ABILAWA


JAGALABILAWA
Jagalabilawa (muka dan sekujur badannya hitam) adalah nama samaran Raden Bratasena, yakni nama Werkudara, pada waktu ia masih muda. Sebab Bratasena menyamarkan diri ialah karena Pendawa sedang dirundung malang sebagai akibat dari pada perbuatan Kurawa.
Bratasena dan saudara – saudara Pendawa lainnya pergi berlindung di negara Wirata. Mereka menghamba pada raja Wirata. Bratasena dipekerjakan sebagai jagal dan mendapat sebutan Jagalabilawa dan sering dipanggil dengan Abilawa.
Pada waktu itu di Wirata, atas usaha putra raja Raden Rajamala, diadakan perang tanding. Jagalabilawa memasuki gelanggang perang tanding dan dapat mengalahkan Rajamala. Pendawa terbebas dari sengsara dan kelima saudara itu mengabdi di Wirata.
Bentuk dan pakaian Jagalabilawa tak berbeda dengan Bratasena, hanya rambutnya terurai dan berbentuk gimbal. Jagalabilawa adalah nama yang digunakan sebelum nama Bratasena. Jagalabilawa putra kedua Pandawa yang saat itu sedang mengiring ibunya, Dewi Kunti, dan di jalan bertemu dengan seekor gajah, bernama Gajah Sena, yang mempunyai kesaktian angin. Karena berselisih paham terjadilah perang antara putra Pendawa dan Gajah Sena. Gajah Sena kalah dan ia rnenyerahkan kesaktian anginnya. Gajah Sena mengaku saudara pada Bratasena, oleh karena mereka bertunggal bayu (angin). Oleh Gajah Sena nama Sena diserahan pula. Maka sejak itu terjadilah nama Bratasena.

Jagabilawa  Jogja
Pada suatu ketika kelima pendawa pengiring ibu mereka yang sedang darundung malang karena diusir dari Negara Astina oleh Para Kurawa, dalam suatu perjalanan. Karena ibu mereka Dewi Kunti dan adiknya lain ibu, Nakula dan Sadewa merasa lapar, maka Bratasena dan Permadi pergi mencari nasi dan makanan. Kedua – duanya berhasil mendapat nasi dan makanan. Bratasena mendapatkan nasi karena dapat menolong orang yang akan dimakan raksasa dan Permadi mendapatkan nasi karena dapat mempertemukan pengantin laki - 1aki dan perempuan yang tak mau saling mendekat. Nasi buah tangan Bratasena dan Parmadi, mereka santap bersama. Oleb karena mereka sangat lapar, maka makan mereka sangat tergesa – gesa dan tercekiklah mereka semua karena kekuarangan air ( tersedak ). Mereka kemudian menemukan air di kolam yang sangat jernih, tetapi karena perbuatan Hyang Brama maka airnya menjadi berbisa dan matilah mereka semua. Kematian kelima Pendawa itu menjadikan Semar sangat murka. Ia naik ke Suralaya dan mengobrak abrik seluruh Khayangan dan memarahi semua Dewa terutama Batara Guru yang cenderung condong membela Kurawa, berkat kemarahan Semar,  kelima Pendawa tersebut dapat dihidupkan kembali.
Bratasena seperti juga Wrekodara hitam seluruh badannya dan wayang warna demikian dimainkan pada waktu menjelang pagi. Wayang-wayang lainnya yang bercat hitam ialah Prabu Kresna, Semar, Gareng, Petruk dan cara mengeluarkan mereka juga seperti halnya dengan Bratasena.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More